Tragedi Sunyi di Nigeria: Genosida yang Tak Diakui Dunia

KETIKA DUNIA FOKUS PADA GAZA, NIGERIA TERLUPAKAN
FORUMADIL, Manado — Selama lebih dari dua dekade, Nigeria menjadi saksi dari salah satu tragedi kemanusiaan paling brutal di abad modern. Ribuan warga Kristen dibantai dalam gelombang kekerasan sistematis yang dilakukan kelompok bersenjata seperti Fulani militan, Boko Haram, dan ISWAP (Islamic State West Africa Province). Namun ironi terbesar dari semua ini: dunia nyaris diam.
70.000 Jiwa Melayang, Dunia Tak Melihat
Data gabungan dari International Society for Civil Liberties & Rule of Law (Intersociety), Open Doors International, dan Christian Solidarity Worldwide menunjukkan bahwa sejak tahun 1999 hingga 2024, lebih dari 70.000 umat Kristen Nigeria terbunuh dalam serangkaian serangan brutal di wilayah Sabuk Tengah dan Utara Nigeria — termasuk negara bagian Benue, Plateau, Kaduna, dan Taraba.
Lebih mengejutkan lagi, sekitar 40% dari korban adalah anak-anak, perempuan, dan lansia. Banyak dari mereka dibakar hidup-hidup di rumah, diculik, diperkosa, atau dipaksa berpindah keyakinan sebelum akhirnya dibunuh.

“Serangan selalu datang malam hari. Mereka mengepung desa, menembak siapa pun yang keluar rumah, lalu membakar gereja dan rumah-rumah,” ungkap salah satu saksi dari Negara Bagian Benue, yang selamat dari pembantaian tahun 2021.
Pemerintah Nigeria kerap menyebut tragedi ini sebagai “konflik antar komunitas petani dan peternak”. Namun bukti di lapangan menunjukkan pola yang jauh lebih kompleks — bahkan sistematis. Serangan tidak hanya ditujukan pada lahan, tetapi pada identitas agama: desa Kristen dijarah, gereja dihancurkan, dan simbol-simbol iman dihapus.
Laporan Intersociety 2024 menegaskan: “Ini bukan konflik ekonomi. Ini adalah upaya sistematis untuk menghapuskan kehadiran umat Kristen di bagian utara Nigeria.”
Dari ambisi mendirikan kekhalifahan Islam berbasis syariat penuh hingga konflik agraria yang bermutasi menjadi pembantaian etno-religius, ketiga kelompok ini telah secara kolektif menyebabkan penderitaan yang tak terhitung. Sejak 2009, serangan-serangan terorganisir—meliputi penculikan massal, bom bunuh diri, hingga pembakaran desa saat malam hari—telah merenggut nyawa puluhan ribu orang, memaksa jutaan warga mengungsi, dan secara efektif menghancurkan kehidupan sipil, terutama di wilayah timur laut Nigeria dan di Sabuk Tengah (Middle Belt).

Berikut kelompok Jihad Kekerasan dengan kekejaman atau disebut dengan kejahatan luar biasa yang menargetkan agama Kristen seperti sekolah, gereja dan yang paling parah termasuk anak- anak dan perempuan yang tak berdaya.
1. BOKO HARAM: Kelompok yang Mengharamkan Pendidikan Barat
Kelompok ekstremis Jama’atu Ahlis Sunna Lidda’awati wal-Jihad (yang secara populer dikenal sebagai Boko Haram, yang berarti “pendidikan Barat itu haram”) didirikan sekitar tahun 2002 di Maiduguri, Negara Bagian Borno, Nigeria Timur Laut. Pendirinya adalah Mohammed Yusuf, yang tewas dalam tahanan polisi pada tahun 2009.
Kelompok ini muncul dengan ideologi garis keras yang menolak sistem pemerintahan sekuler dan demokrasi Nigeria, serta memiliki tujuan utama mendirikan negara Islam berbasis syariat penuh di wilayah utara Nigeria.
Sejak melancarkan pemberontakan brutal pada 2009, kelompok ini telah menjadi sinonim dengan kekejaman, menggunakan metode seperti bom bunuh diri, pembakaran desa, dan penculikan massal termasuk penculikan 276 siswi Chibok pada 2014 yang hingga kini telah menewaskan lebih dari 35.000 jiwa dan menyebabkan jutaan orang mengungsi.
2. ISWAP: Pecahan ISIS yang Lebih Terorganisir
Meskipun demikian, ancaman tersebut diperparah oleh munculnya ISWAP (Islamic State West Africa Province), yang merupakan pecahan resmi Boko Haram yang berafiliasi dengan ISIS pada tahun 2016.
Dipimpin oleh Abu Musab al-Barnawi, putra pendiri Boko Haram, ISWAP dikenal jauh lebih terorganisir, mengadopsi struktur komando ala ISIS. Kelompok ini fokus pada penguasaan wilayah dan penerapan sistem “pemerintahan Islam” di sekitar wilayah Danau Chad.
Strategi mereka lebih ditargetkan pada serangan terhadap militer Nigeria dan konvoi bantuan kemanusiaan, sembari gencar memproduksi propaganda bergaya ISIS untuk menunjukkan kendali dan superioritas mereka.
3. MILISI FULANI: Konflik Agraria yang Bermutasi Menjadi Pembersihan Etnis-Religius
Ancaman ketiga datang dari Milisi Fulani (Fulani Herdsmen Militia), fraksi bersenjata dari etnis penggembala nomaden Fulani. Konflik ini, yang pada awalnya berakar pada perebutan lahan dan sumber daya agraria dengan petani lokal, telah berubah menjadi serangan terorganisir dan mematikan.
Meskipun tidak selalu terhubung langsung dengan Boko Haram atau ISWAP, serangan-serangan yang sering dilakukan pada malam hari ini secara konsisten menargetkan desa-desa dan komunitas Kristen, yang menurut berbagai laporan telah menewaskan lebih dari 20.000 warga Kristen sejak 2015.
Pola penargetan ini membuat serangan Fulani bersenjata sering digambarkan sebagai bentuk etno-religious cleansing.
KETIKA DUNIA FOKUS PADA GAZA, NIGERIA TERLUPAKAN
Ironisnya, ketika perhatian global tertuju pada perang di Gaza di mana ribuan warga sipil Palestina tewas akibat operasi militer Israel, penderitaan umat Kristen Nigeria nyaris tak diliput media internasional.
Padahal, jika dihitung dari total korban sipil sejak 1999, jumlah korban di Nigeria setara bahkan lebih besar daripada di Gaza.Namun perbedaannya mencolok: di Gaza, pelaku adalah negara dalam kondisi perang terhadap Hamas atas tragedi 07 Oktober 2023; di Nigeria, pelaku adalah kelompok milisi dengan dugaan pembiaran oleh negara.
“Dunia berteriak soal Gaza, tapi diam ketika anak-anak Kristen dipenggal di Nigeria,” kata seorang aktivis HAM dari Jos, Nigeria Tengah.
Pola Kejahatan: Genosida yang Lambat (Slow-Motion Genocide)
Pola kekerasan di Nigeria memenuhi hampir seluruh unsur genosida sebagaimana dimaksud dalam Konvensi PBB 1948:
* Ada niat khusus (intent) untuk memusnahkan kelompok berdasarkan agama.
* Ada tindakan nyata (acts) berupa pembunuhan, penyiksaan, penculikan, dan pemusnahan budaya keagamaan.
* Ada pembiaran sistematis oleh aparat negara yang gagal memberi perlindungan.
Namun secara hukum formal, PBB dan ICC (International Criminal Court) belum mengkategorikannya sebagai genosida hanya sebagai mass atrocities atau crimes against humanity. Bagi korban, istilah itu tidak mengubah kenyataan: keluarga mereka telah tiada.
Tragedi Kemanusiaan yang Harus Diakui Dunia
Hingga kini, lebih dari 5 juta warga Kristen Nigeria mengungsi di wilayah selatan dan barat, hidup tanpa rumah, tanpa keamanan, dan tanpa suara. Gereja-gereja berdiri di antara puing, anak-anak tumbuh dalam trauma, sementara dunia terus memalingkan wajah.
“Kami tidak butuh simpati, kami butuh keadilan,” tulis sebuah surat terbuka dari Asosiasi Gereja Nigeria (CAN) yang ditujukan kepada PBB tahun lalu.
Tragedi Nigeria bukan sekadar konflik lokal.Ini adalah genosida yang bergerak perlahan, dilakukan dengan pisau sunyi di tengah kelalaian dunia.
Jika kemanusiaan punya wajah, maka wajah itu kini menangis di tanah Afrika — di desa-desa Kristen yang telah berubah menjadi abu.
Catatan Redaksi : Forum Adil menilai pola kekerasan yang menargetkan komunitas berdasarkan agama dan etnis di Nigeria telah mencapai kriteria kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity), bahkan mendekati unsur genosida sebagaimana didefinisikan dalam Konvensi PBB 1948.Serangan berulang terhadap gereja, pembunuhan anak-anak, perempuan hamil, dan pemusnahan desa Kristen menunjukkan pola yang terencana dan sistematis — bukan sekadar konflik komunal biasa.
*Forum Adil – Edisi Kemanusiaan, Oktober 2025.*
Foto & Keterangan :
1. Gambar Utama:
Gereja EYN di Garkida yang mengalami kerusakan parah akibat serangan; bagian atap dan interiornya tampak terbakar.
2. Gambar 2:
Gereja Katolik yang sebagian bangunannya rusak pasca ledakan bunuh diri; suasana hening dan kerusakan struktural tampak dominan.
3. Gambar 3 :
Gereja di Kaduna setelah serangan bom — bangunan rusak berat, puing berserakan.
Sumber foto & Referensi Berita :
BBC News – Nigeria’s deadly herder-farmer clashes (2023);Reuters – Islamist insurgency kills thousands in Nigeria (2022);The Guardian – Christian villages burned in Plateau State (2024); Al Jazeera – Nigeria attacks blamed on armed herders (2022);Amnesty International – Nigeria 2023 Report; Human Rights Watch – Nigeria Conflict and Displacement Briefing (2022–2024); Christian Solidarity Worldwide (CSW) – Nigeria: Ongoing religious cleansing (2023); Global Terrorism Index – Institute for Economics & Peace (2018, 2023); UNHCR & OCHA – Nigeria Crisis Updates ; Intersociety Nigeria – Over 30,000 Christians killed since 2009 (2024)