Icha Lafaiza Qur’Aini Syahrul: Emas dari Ketabahan dan Keheningan Laras Air Pistol
Peraih emas 10 Meter Air Pistol Women PORPROV XII Sulut ini membangun prestasinya lewat disiplin mandiri, ketenangan mental, dan pengorbanan waktu di tengah kuliah keperawatan.

FORUMADIL — Di usia yang baru menginjak 20 tahun, Lafaiza Qur’Aini Syahrul, atau akrab disapa Icha, menjelma menjadi salah satu penembak muda paling menjanjikan di Sulawesi Utara. Dari balik senjata air pistol yang tampak sederhana itulah ia mempersembahkan emas untuk Kota Manado di nomor 10 Meter Air Pistol Women PORPROV XII Sulawesi Utara. Nilai 535 yang ia bukukan menjadi simbol ketenangan, disiplin, dan tekad yang perlahan ia bangun sejak 2021.
Namun perjalanan itu tidak dimulai dari aula latihan atau pelatih ternama. Justru semuanya berawal dari rasa penasaran.
Dari Malino ke Arena Prestasi
Icha lahir di Malino, 11 Oktober 2004. Sehari-hari ia tinggal di Asrama Brimob Paniki Dua, sekaligus menempuh pendidikan sebagai mahasiswi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Manado. Di luar kesibukan kuliah yang padat, ia menyisihkan waktu untuk berlatih menembak di KONI Manado dan area latihan di kompleks Brimob.
Menembak bukanlah hobi yang datang tiba-tiba. Tahun 2021, seorang teman bernama Zhakia memperkenalkannya pada dunia yang selama ini hanya ia lihat dari kejauhan. Sejak itu, rasa penasaran berubah menjadi dedikasi.
“Ada sesuatu yang berbeda dari menembak. Tidak semua orang bisa menjalaninya,” ucapnya.
Air pistol menjadi pilihannya karena tekniknya yang unik, presisi yang menuntut ketenangan, dan karakter yang berbeda dari cabang lain. Tantangan pertamanya pun bukan pada senjata, melainkan pada dirinya sendiri. “Saya harus belajar mengendalikan diri dalam kondisi apa pun,” katanya.
Latihan Tanpa Pelatih, Mental dengan Jadwal Tak Menentu
Icha tidak memiliki pelatih tetap. Semua proses ia jalani mandiri, menyesuaikan jadwal kuliah dan berlatih ketika waktu memungkinkan.
Ia bukan tipe yang mengeluh. Justru ia tumbuh dari ruang-ruang latihan sunyi, dari disiplin pribadi yang ia bangun perlahan.
Pada Januari 2021, hanya tiga bulan sejak mulai berlatih di klub EKSC, ia nekat mengikuti pertandingan Dansat Brimob Cup. Dari sana, ia langsung meraih juara 3—sebuah sinyal.
Lomba demi lomba ia ikuti: Kapolda Cup 2021, Jateng Open, PORPROV, hingga Kejurnas 2022 di Senayan, Jakarta. Di Kejurnas itulah, ia meraih prestasi paling berkesannya:
juara 1 tanpa pendamping, pergi sendiri, berjuang sendiri, menang sendiri.
“Itu pengalaman yang tidak akan saya lupakan,” ujarnya.
Icha juga sempat menjajal pistol api 20 meter di “Bank SulutGo Shooting Competition 2023”. Ia meraih juara 2 dengan nilai 95, mengalahkan peserta yang lebih berpengalaman dan sudah terbiasa menggunakan senjata api.
Prestasinya terus mengalir. Rekor latihan tertingginya saat ini berada pada angka 580.
Disiplin, Pengorbanan Waktu, dan Konsistensi
Pengorbanan paling besar dalam perjalanan ini bukan uang atau tenaga, tetapi waktu.
Sebagai mahasiswa keperawatan, jadwal kuliahnya padat. Ia harus membagi hari antara laboratorium kampus, tugas akademik, dan sesi latihan. “Waktu adalah tantangannya,” ujarnya.
Meski begitu, tidak pernah sekalipun ia ingin menyerah. “Tidak ada,” tegasnya.
Tekadnya selalu dijaga oleh dukungan keluarga, terutama orang tuanya yang menjadi sumber kekuatan terbesar.
Motto-nya sederhana, namun mencerminkan perjalanan panjangnya:
“Latihan yang terus dilakukan tidak akan membohongi hasil.”

PORPROV XII Sulut: Emas untuk Manado
Pada laga PORPROV XII Sulut 2025, Icha tampil dengan ketenangan yang sulit dimiliki atlet seusianya. Ia meraih emas individu sekaligus mempersembahkan hasil terbaik untuk tim.
Seri pertama menjadi momen paling berat. Butuh konsentrasi penuh agar tempo tidak kacau.
“Lawan yang sebenar-benarnya itu diri sendiri,” ujarnya.
Nilai 535 menjadi rekor pribadinya untuk saat ini—angka yang ia sebut sebagai pintu, bukan puncak. “Saya akan memperbaiki nilai itu. Ini bukan target akhir.”
Tantangan lain datang dari waktu. Di beberapa momen, ia khawatir waktu habis sebelum seluruh rangkaian tembakan selesai. Tapi ketenangannya kembali menjadi kunci.
Kemenangan itu membuatnya sangat bahagia, namun sekaligus menjadi motivasi untuk jauh lebih baik.
Dukungan dan Lingkungan yang Membangun
Icha tidak berjalan sendiri. Ia mendapatkan dukungan fasilitas dari klub EKSC, Perbakin Kota Manado, dan Perbakin Sulawesi Utara.
Pada titik-titik tertentu, dukungan moral dari orang tua, sahabat, dan komunitas latihannya menjadi bahan bakar mental yang tak tergantikan.
Ia pun menyampaikan terima kasih kepada:
- Perbakin Kota Manado
- Perbakin Provinsi Sulut
- Dansat Brimobda Sulawesi Utara beserta seluruh jajaran
- Universitas Muhammadiyah Manado
- Klub EKSC
- Orang tua dan teman-teman yang selalu mendukung
Mimpi Tinggi: Nasional dan Internasional
Ke depan, Icha sudah memperjelas tujuannya.
Ia ingin menembus jenjang lebih tinggi—Kejurnas, PON, bahkan hingga level internasional.
“Target saya berikutnya adalah Kejurnas dan PON,” katanya.

Sisi Lain Icha
Di luar arena menembak, Icha adalah pribadi sederhana. Ia suka lari sebagai hobi. Ia mengidolakan atlet Korea, Oh Ye Jin.
Sebelum bertanding, ia biasanya mendengarkan lagu “About You” dari The 1975 untuk menenangkan diri.
Ia tidak punya ritual khusus, tidak pula banyak syarat sebelum bertanding.
Kembali pada dasar: fokus, tenang, kendalikan diri.
Makanan favoritnya? Sesederhana nasi goreng.
Pesan untuk Atlet Muda
Untuk atlet-atlet muda yang ingin mengikuti jejaknya, Icha berpesan:
“Terus berlatih, jangan pernah menyerah.”
Penutup
Dalam dunia yang menuntut ketangguhan fisik dan kejernihan mental, Icha membuktikan bahwa usia muda bukan batasan. Dari Malino hingga gelanggang-gelanggang menembak nasional, ia mengukir jejak dengan tenang, presisi, dan kerja keras.
Emas PORPROV XII Sulut hanyalah salah satu halaman dari perjalanan panjangnya.
Di ujung laras air pistol itu, Icha menyimpan mimpi besar — dan ia siap mengejarnya.



