BERITA TERBARUDUNIA

Mosab Hassan Yousef: Dari Putra Pendiri Hamas hingga “The Green Prince”

FORUMADIL, Amerika – Nama Mosab Hassan Yousef menjadi sorotan dunia internasional bukan hanya karena garis keturunannya, tetapi juga karena pilihan jalan hidupnya yang berliku dan penuh kontroversi. Ia lahir dan tumbuh dalam keluarga pejuang Palestina, namun kemudian justru dikenal sebagai “Putra Hamas” yang berbalik arah menjadi mata-mata bagi Israel. Kisah hidupnya mengundang perdebatan: pengkhianat bagi sebagian orang, pahlawan bagi sebagian lainnya.

Identitas dan Latar Belakang

Mosab lahir pada tahun 1978 di Ramallah, Tepi Barat. Ia adalah putra sulung Sheikh Hassan Yousef, salah satu pendiri sekaligus pemimpin politik gerakan Hamas. Dari kecil, Mosab dididik dalam lingkungan religius yang keras dan dipersiapkan menjadi penerus perjuangan ayahnya.

Masa mudanya banyak diwarnai ketegangan politik dan kekerasan. Ia pernah ditangkap oleh pasukan Israel saat masih remaja karena keterlibatannya dalam aktivitas Hamas. Di penjara inilah titik balik besar terjadi: Mosab mulai mempertanyakan jalan kekerasan yang ditempuh organisasinya.

Dari Putra Hamas Menjadi Agen Israel

Titik balik terbesar terjadi pada 1997, saat Mosab direkrut secara rahasia oleh Shin Bet, badan keamanan dalam negeri Israel. Dari seorang yang digadang-gadang meneruskan kiprah sang ayah di Hamas, ia justru berbalik arah menjadi agen intelijen. Karena posisinya sebagai “putra Hamas,” ia dijuluki “The Green Prince” — hijau melambangkan Hamas, sementara “prince” merujuk pada darah keturunan keluarga pendiri.

Selama hampir sepuluh tahun, informasi yang ia berikan kepada pihak Israel disebut membantu menggagalkan berbagai rencana serangan bunuh diri, membongkar sel-sel rahasia Hamas, serta mencegah jatuhnya korban jiwa dalam skala besar. Namun bagi banyak orang Palestina, langkah ini adalah bentuk pengkhianatan yang tak termaafkan.

Pada saat yang sama, Mosab juga mengalami pergulatan batin. Ia mulai berkenalan dengan ajaran Kristen pada akhir 1990-an, hingga akhirnya berpindah agama dan dibaptis secara rahasia. Keputusan ini semakin menjauhkan dirinya dari identitas keluarga dan masyarakat asalnya.

Perubahan Identitas dan Kehidupan Baru

Selain bekerja untuk Israel, Mosab juga mengalami pergulatan spiritual. Ia kemudian memutuskan untuk berpindah agama dari Islam ke Kristen. Pada tahun 2007, ia meninggalkan Palestina dan pindah ke Amerika Serikat, lalu mendapatkan suaka politik.

Di Amerika, Mosab menulis buku otobiografi berjudul Son of Hamas yang kemudian diadaptasi menjadi film dokumenter The Green Prince (2014). Dalam buku dan berbagai forum internasional, ia banyak mengkritik Hamas, bahkan mempertanyakan identitas Palestina itu sendiri. Pernyataannya yang keras membuatnya dipuja di sebagian kalangan Barat, namun dicap sebagai pengkhianat oleh banyak orang Palestina.

Kini, Mosab menjalani hidup sebagai warga negara Amerika Serikat. Mosab dikenal sebagai pembicara publik yang vokal menentang Hamas dan ideologi ekstremis. Ia berusaha mengangkat narasi tentang kebebasan, perdamaian, dan keyakinan barunya.

Kisah Mosab Hassan Yousef menggambarkan dilema identitas, keberanian, sekaligus pengkhianatan dalam satu sosok. Dari anak pemimpin Hamas, menjadi agen Israel, hingga menemukan jalan hidup baru di Amerika, perjalanan hidupnya menunjukkan betapa kompleks dan rapuhnya batas antara loyalitas, keyakinan, dan pilihan pribadi.(Hen)

“Foto: Elekes Andor / Wikimedia Commons (CC BY-SA 4.0)”

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button