Emas dalam Alkitab: Simbol Kemuliaan dan Kekekalan di Surga

FORUMADIL, Manado – Dalam Alkitab, emas bukan sekadar logam mulia, tetapi juga memiliki makna rohani yang mendalam. Emas sering digunakan sebagai simbol kemurnian, kemuliaan, dan kekekalan yang berkaitan dengan Allah dan kerajaan-Nya. Salah satu gambaran paling menakjubkan tentang emas terdapat dalam kitab Wahyu, yang menggambarkan Yerusalem Baru sebagai kota dengan jalan-jalan dari emas murni.
Yerusalem Baru: Kota dengan Jalanan Emas
Dalam Wahyu 21:21, Rasul Yohanes menulis:
“Dan dua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara; setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara. Dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening.”
Gambaran ini menunjukkan kemuliaan dan kesucian surga, tempat di mana tidak ada dosa atau ketidaksempurnaan. Emas yang begitu murni hingga tampak seperti kaca bening melambangkan kemurnian yang sempurna dan keagungan yang tidak terbandingkan.
Makna Simbolis Emas dalam Alkitab
Selain menggambarkan surga, emas dalam Alkitab sering dikaitkan dengan beberapa makna rohani:
1. Kemurnian dan Kesucian
Dalam dunia nyata, emas diproses melalui pemurnian dengan api untuk menghilangkan kotoran. Ini menjadi metafora bagi iman yang diuji dalam pencobaan agar semakin murni dan berharga di hadapan Tuhan. (1 Petrus 1:7).
2. Kemuliaan dan Kekayaan Ilahi
Emas sering digunakan dalam Bait Allah, termasuk dalam Tabut Perjanjian (Keluaran 25:10-22), yang menunjukkan kemuliaan dan kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya.
Fakta bahwa jalanan di surga terbuat dari emas menunjukkan bahwa kemuliaan surgawi jauh lebih besar dibandingkan harta duniawi.
3. Keabadian dan Keteguhan
Emas adalah logam yang tidak berkarat atau rusak, yang melambangkan sifat kekal dari Kerajaan Allah dan janji-janji-Nya. Dalam Wahyu 21:18, Yerusalem Baru digambarkan sebagai kota emas, menegaskan bahwa surga adalah tempat yang abadi dan sempurna.
Lantas Bagaimana dengan Kekekalan Surga?
Kekekalan Surga dalam ajaran Yesus Kristus tentang Keselamatan dan Surga yaitu keselamatan adalah anugerah Allah yang diberikan kepada mereka yang percaya kepada-Nya. Ia berkata:
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)
Surga, sebagaimana digambarkan dalam Alkitab, adalah tempat bagi mereka yang percaya kepada Yesus dan hidup dalam ketaatan kepada firman-Nya. Yesus berulang kali mengajarkan bahwa hidup kekal adalah janji bagi mereka yang mengikut-Nya:
“Sebab begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16).
Dalam pengajaran-Nya, Yesus juga menekankan bahwa harta sejati bukanlah harta duniawi, tetapi harta di surga:
“Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga, di tempat ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.” (Matius 6:20).
Harta Surgawi Yang Sejati
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dengan fokus pada kekekalan, bukan hanya pada harta duniawi. Kekayaan sejati bukanlah emas yang kita miliki di bumi, tetapi hubungan kita dengan Tuhan dan kehidupan kekal bersama-Nya. Yesus mengajarkan bahwa hanya mereka yang hidup dalam iman dan kasih yang akan mewarisi Kerajaan Allah.
Gambaran emas dalam Alkitab, terutama dalam Wahyu 21, mengajarkan kita tentang kemuliaan dan kesempurnaan surga yang menanti orang-orang percaya. Emas menjadi simbol kesucian, kemuliaan, dan keabadian yang Tuhan sediakan bagi mereka yang setia kepada-Nya. Yesus Kristus telah membuka jalan bagi kita untuk masuk ke dalam kerajaan surgawi, bukan melalui usaha manusia, tetapi melalui iman kepada-Nya. Oleh karena itu, marilah kita hidup dengan iman, mengarahkan hati kita kepada harta yang kekal, dan mempersiapkan diri untuk kemuliaan surgawi yang dijanjikan Tuhan.
“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1 Korintus 2:9).(Hen)



