FRAMING GRETA THUNBERG DAN PROPAGANDA MEDIA PRO-HAMAS: ANTARA FAKTA DAN NARASI

Oleh: Hendra Lumempouw
FORUMADIL, Manado – Nama Greta Thunberg selama ini dikenal sebagai aktivis lingkungan asal Swedia yang memulai gerakan Fridays for Future—aksi global menuntut penanganan perubahan iklim. Lahir pada tahun 2003, Greta didiagnosis mengalami Asperger Syndrome, sejenis gangguan spektrum autisme yang mempengaruhi pola komunikasi dan persepsi emosional. Ia juga diketahui memiliki kecenderungan obsesif terhadap isu tertentu, yang membuat pandangannya sering kali ekstrem dan sulit menerima perspektif lain.

Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian Greta bergeser jauh dari isu lingkungan menuju isu politik internasional, khususnya konflik Israel–Palestina. Meski tidak memiliki rekam jejak di bidang kemanusiaan, Greta kini tampil seolah-olah sebagai juru bicara moral dunia, dengan narasi yang tajam menyerang Israel. Padahal, aktivitas Greta di bidang HAM hanya muncul dalam konteks Gaza, bukan dalam kasus-kasus kemanusiaan lain yang lebih besar.
Fokus Selektif dan Pengabaian Tragedi Lain
Ketika dunia menghadapi tragedi kemanusiaan yang jauh lebih besar, seperti genosida terhadap komunitas Kristen di Nigeria, Greta tidak pernah mengeluarkan satu pun pernyataan publik. Data dari International Christian Concern menyebut bahwa lebih dari 5.000 orang Kristen tewas dan 3.000 diculik di Nigeria pada 2022, terutama akibat serangan Fulani militan, Boko Haram, dan ISWAP (Islamic State West Africa) [(persecution.org)](https://persecution.org/over-8000-nigerian-christians-killed-or-kidnapped-last-year-according-to-new-report/?utm_source=chatgpt.com).
Laporan lain dari Intersociety memperkirakan bahwa lebih dari 4.500 orang Kristen dibantai sejak awal 2023, sementara IIRF Reports 2023 mencatat sekitar 12.793 korban Kristen dari total 27.183 pembunuhan di Nigeria [(iirf.global)](https://iirf.global/wp-content/uploads/reports/2023-16_IIRF-Reports.pdf?utm_source=chatgpt.com).
Meski demikian, tragedi ini nyaris tidak pernah menjadi sorotan Greta. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang konsistensi moral dan arah aktivisme yang dijalaninya.
Narasi Penyiksaan dan Penahanan: Antara Fakta dan Fiksi
Beberapa waktu lalu, Greta mengaku mengalami penyiksaan oleh aparat Israel saat hendak mengikuti konvoi “Global Sumud” menuju Gaza. Pengakuan itu dengan cepat menyebar melalui media-media pro-Hamas, membentuk opini global bahwa Israel melakukan kekerasan terhadap seorang aktivis muda.
Namun, fakta di lapangan menunjukkan hal berbeda. Laporan dari media Israel dan lembaga HAM independen menyebut tidak ada bukti medis atau hukum tentang penyiksaan tersebut. Greta bahkan dipulangkan ke Swedia dengan pengawalan resmi dan tidak mengalami luka fisik.
Pemerintah Israel menyebut tuduhan itu sebagai “complete lies” [(israel.com)] (https://israel.com/security/israel-denies-reports-of-mistreatment-of-greta-thunberg-and-gaza-flotilla-activists/?utm_source=chatgpt.com),
sementara Kementerian Luar Negeri Swedia sendiri tidak mengonfirmasi adanya perlakuan kasar terhadap Greta [(aa.com.tr)](https://www.aa.com.tr/en/europe/sweden-avoids-commenting-on-thunberg-mistreatment-allegations-in-israeli-detention/3708242?utm_source=chatgpt.com).
Peran Media dalam Membangun Framing
Pemberitaan tentang Greta menunjukkan pola framing media pro-Hamas yang kuat. Narasi yang dikembangkan mengarah pada upaya menjadikan Greta sebagai korban moral dari kekejaman Israel. Judul-judul berita dibuat emosional dan disertai foto-foto dramatis tanpa verifikasi faktual, mendorong simpati besar terhadap Palestina tanpa memeriksa kebenaran klaim penyiksaan.
Dalam konteks ini, Greta menjadi simbol yang efektif — seorang remaja dengan citra “aktivis lingkungan ” yang kini digunakan sebagai alat propaganda.
Narasi “penyiksaan” dan “genosida” yang disampaikan justru memperkuat agenda politik tertentu, bukan perjuangan kemanusiaan yang universal.
Dugaan Afiliasi dan Dukungan Politik
Beberapa analis menilai bahwa Greta kini lebih berperan sebagai simbol perlawanan politik daripada aktivis lingkungan atau kemanusiaan. Kecenderungan fokus tunggalnya pada Gaza dan keheningannya terhadap tragedi di Nigeria atau Myanmar menunjukkan bahwa sikapnya bukan netral. Beberapa laporan independen bahkan mengindikasikan adanya dukungan tidak langsung dari jaringan pro-Hamas dalam menyebarkan narasi Greta, terutama di platform sosial media internasional.
Walau belum terbukti secara hukum, pola ini memperkuat dugaan bahwa aktivisme Greta sudah terpolitisasi dan tidak lagi berbasis pada data serta keseimbangan informasi.
Kesimpulan
Kasus Greta Thunberg menunjukkan bagaimana isu kemanusiaan bisa dipelintir menjadi alat propaganda politik. Klaim penyiksaan dan tuduhan genosida yang disebarkan tanpa bukti kuat mampu mempengaruhi opini dunia, terutama karena dibungkus dengan wajah “kemanusiaan”. Namun, di sisi lain, tragedi nyata seperti genosida terhadap komunitas Kristen di Nigeria justru sepi perhatian dan tak mendapatkan empati global yang sama.
Greta Thunberg bukanlah aktivis kemanusiaan universal, melainkan simbol framing media global yang berhasil menggiring persepsi dunia tanpa data yang memadai.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa di era digital, kebenaran tidak selalu dikalahkan oleh kebohongan—tetapi oleh narasi yang paling sering diulang.
Catatan Sumber & Referensi
1. [Dawn News – Aktivis menyebut Greta disiksa dan dipaksa memegang bendera Israel](https://www.dawn.com/news/1946699/activists-say-israel-mistreated-greta-thunberg-137-flotilla-detainees-arrive-in-turkiye?utm_source=chatgpt.com)
2. [Israel.com – Pemerintah Israel membantah tuduhan penyiksaan](https://israel.com/security/israel-denies-reports-of-mistreatment-of-greta-thunberg-and-gaza-flotilla-activists/?utm_source=chatgpt.com)
3. [AA.com.tr – Pemerintah Swedia hindari komentar resmi](https://www.aa.com.tr/en/europe/sweden-avoids-commenting-on-thunberg-mistreatment-allegations-in-israeli-detention/3708242?utm_source=chatgpt.com)
4. [Persecution.org – 8.000 orang Kristen Nigeria tewas/diculik](https://persecution.org/over-8000-nigerian-christians-killed-or-kidnapped-last-year-according-to-new-report/?utm_source=chatgpt.com)
5. [IIRF Reports 2023 – Data pembunuhan etnis dan agama Nigeria](https://iirf.global/wp-content/uploads/reports/2023-16_IIRF-Reports.pdf?utm_source=chatgpt.com)



